Minggu, 08 Mei 2011

Menjaring Bintang

Menjaring Bintang

(Manusia dan Harapan)

Setiap individu pasti memiliki harapan dan cita-cita yang berbeda-beda. Tingginya harapan setiap individu juga berbeda-beda tergantung dari harapannya masing-masing.

Harapan berasal dari kata harap, artinya keinginan supaya sesuatu terjadi. Yang memiliki harapan atau keinginan itu hati dan putus harapan berarti putus asa.

Harapan artinya keinginan yang belum terwujud. Setiap orang mempunyai harapan. Tanpa harapan manusia tidak ada artinya sebagai manusia. Manusia yang tidak mempunyai harapan berarti tidak dapat diharapkan lagi.

Seorang seniman jalanan baik pengamen ataupun pelukis jalanan pasti mempunyai harapan kelak suatu hari nanti mereka dapat hidup layak dan karya mereka dapat dinikmati oleh orang banyak dan mungkin dapat berkeluarga dan menghidupi keluarganya lebih baik. Untuk memenuhi harapan itu mereka harus bekerja keras dengan cara menciptakan karya-karya yang baik dan mampu diterima oleh masyarakat luas.

Oleh karena itu untuk mewujudkan harapan dan cita-cita setiap individu harus melakukan langkah-langkah yang benar untuk mewujudkan harapan tersebut. Dan kita juga harus siap jika harapan atau cita-cita yang kita inginkan tidak membuahkan hasil yang baik atau malah gagal. Tidak menyerah dan bekerja keras adalah cara yang ampuh untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang diinginkan.

Rasa Khawatir

Rasa Khawatir

(Manusia dan Kegelisahan)

Kegelisahan adalah keadaan dimana seseorang merasa takut, khawatir atau tertekan akan sesuatu. Umumnya orang yang sedang tegang atau gelisah melakukan hal- hal yang tidak biasa dia lakukan seperti berjalan mondar-mandir, duduk termenung sambil memegang kepalanya dan berbagai hal lain yang mungkin dapat membingungkan orang yang melihatnya.

Apabila di kaji, sebab-sebab orang gelisah adalah karena mereka takut kehilangan berbagai macam haknya seperti hak untuk hidup, hak milik, hak memperoleh perlindungan dan lain-lain.
contohnya: Seorang maling yang baru melancarkan operasinya pada malam sebelumnya. Ketika korban yang dicuri barang-barangnya sadar bahwa rumahnya kemalingan, secara otomatis si maling yang bersangkutan akan merasa gelisah, takut dan khawatir akan dirinya jika ketahuan. Padahal belum tentu si korban akan dapat menemukan si maling tersebut atau rumah si maling dan si korban berjauhan. Contoh lainnya adalah ketika seseorang diteror oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Misalnya teror bom yang belum tentu benar kepastiannya. Pasti orang yang diteror akan merasa takut dan khawatir walaupun mungkin itu hanya sebuah teror yang dilakukan oleh orang iseng.

Dari contoh yang ada, untuk mengatasi kegelisahan ini peratama-tama harus mulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu, yaitu kita harus bersikap tenang, dengan sikap tenang kita dapat berpikir tenang sehingga kesulitan dapat kita atasi. Sedangkan cara yang paling ampuh untuk mengatasi kegelisahan adalah dengan berserah diri kepada Tuhan dan khusus contoh yang pertama (maling) sebaiknya jangan dilakukan jika tidak ingin merasakan kegelisahan dan beresiko tinggi.

Sirine, Api dan Nyawa

Sirine, Api dan Nyawa

(Manusia dan Tanggung Jawab)

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatu, sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.

Kita ambil contoh dari para petugas kita yang sangat berani dan selalu mempertaruhkan nyawa mereka setiap kali bekerja. Ya merekalah para petugas pemadam kebakaran. Setiap kali sirine atau telepon kantor mereka berbunyi, mereka harus siap dan langsung tanggap terhadap apa yang terjadi. Banyak pahit dari pada manisnya menjadi petugas pemadam kebakaran seperti mereka, tidak sedikit yang terluka bahkan tewas atas keganasan api yang harus mereka padamkan. Bahkan banyak juga jadi mereka yang mendapat caci maki dari warga yang rumahnya hangus terbakar. Itulah resiko yang harus mereka hadapi dalam pekerjaan mereka dan mereka menjalanainya sebagai sebuah tanggung jawab yang memang harus dilakukan walaupun harus mempertaruhkan nyawa mereka sendiri.

Seharusnya kita dapat mengambil contoh dari mereka yang sungguh-sungguh menjalani tanggung jawab kita miliki masing-masing baik sebagai kepala rumah tangga, guru, pelajar dan lain sebagainya.

Hitam dan Putih

Hitam dan Putih
(Manusia dan Pandangan Hidup)


Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu dapat menentukan masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya. Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya.

Misalnya saja pandangan terhadap seni tato. Bagi orang-orang awam, tato itu selalu identik dengan hal yang berbau kriminal, premanitas, pola hidup yang tidak beraturan dan orang yang tidak bisa diatur. Tapi bagi orang yang mengerti tato atau seorang seniman, tato adalah hasil seni karya tinggi manusia yang ingin mereka abadikan ditubuh mereka, toh tidak keseluruhan dari pemakai seni tato adalah orang-orang yang memiliki reputasi jelek atau negatif. Malah kebanyakan dari mereka adalah orang yang kreatif, punya rasa kepedulian yang tinggi dan ramah. Ya memang semua itu tergantung dari individunya masing-masing juga.

Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memeperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukaan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Yaitu dengan cara:
(1) Mengenal
(2) Mengerti
(3) Menghayati
(4) Meyakini
(5) Mengabdi

Kejujuran dan Kecurangan

Kejujuran dan Kecurangan

(Manusia dan Keadilan)

Dalam kehidupan, setiap manusia pasti pernah menemukan perlakuan yang tidak adil atau bahkan sebaliknya yaitu melakukan hal yang tidak adil. Dimana pada setiap diri manusia pasti terdapat dorongan atau keinginan untuk berbuat kebaikan “jujur”. Tetapi terkadang untuk melakukan kejujuran sangatlah tidak mudah dan selalui dibenturkan oleh permasalahan – permasalahan dan kendala yang dihadapinya yang kesemuanya disebabkan oleh berbagai sebab, seperti keadaan atau situasi, permasalahan teknis hingga bahkan sikap moral.

Keadilan adalah pengakuan atas perbuatan yang seimbang, pengakuan secara kata dan sikap antara hak dan kewajiban. Setiap dari kita “manusia” memiliki “hak dan kewajiban”, dimana hak yang dituntut haruslah seimbang dengan kewajiban yang telah dilakukan sehingga terjalin harmonisasi dalam perwujudan keadilan itu sendiri.

Keadilan pada dasarnya merupakan sebuah kebutuhan mutlak bagi setiap manusia dibumi ini dan tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan. Menurut Aristoteles, keadilan akan dapat terwujud jika hal – hal yang sama diperlakukan secara sama dan sebaliknya, hal – hal yang tidak semestinya diperlakukan tidak semestinya pula. Dimana keadilan memiliki cirri antara lain ; tidak memihak, seimbang dan melihat segalanya sesuai dengan proporsinya baik secara hak dan kewajiban dan sebanding dengan moralitas. Arti moralitas disini adalah sama antara perbuatan yang dilakukan dan ganjaran yang diterimanya. Dengan kata lain keadilan itu sendiri dapat bersifat hukum.

Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecurangan (ketidak adilan) antara lain ;

1. Faktor ekonomi. Setiap berhak hidup layah dan membahagiakan dirinya. Terkadang untuk mewujudkan hal tersebut kita sebagai mahluk lemah, tempat salah dan dosa, sangat rentan sekali dengan hal – hal pintas dalam merealisasikan apa yang kita inginkan dan pikirkan. Menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan semu tanpa melihat orang lain disekelilingnya.

2. Faktor Peradaban dan Kebudayaan sangat mempengaruhi dari sikapdan mentalitas individu yang terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski terkadang halini tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap mental yang membutuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini memicu terjadinya pergeseran nurani hamper pada setiapindividu didalamnya sehingga sangat sulit sekali untuk menentukan dan bahkan menegakan keadilan.

3. Teknis. Hal ini juga sangat dapat menentukan arah kebijakan bahkan keadilan itu sendiri. Terkadang untuk dapat bersikapadil,kita pun mengedepankan aspek perasaan atau kekeluargaan sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan. Atau bahkan mempertahankan keadilan kita sendiri harus bersikap salah dan berkata bohong agar tidak melukai perasaan orang lain. Dengan kata lian kita sebagai bangsa timur yang sangat sopan dan santun..

Keadilan dan kecurangaan atau ketidakadilan tidak akan dapat berjalan dalam waktu bersamaan karena kedua sangat bertolak belakang dan berseberangan. Oleh karena itu sebagai manusia seharusnya kita dapat menilai dan memilih mana yang harus diambil dari norma tersebut.

Koin Kehidupan

Koin Kehidupan

(Manusia dan Penderitaan)

Penderitaan merupakan sebuah kejadian tidak mengenakkan yang pasti akan dialami atau pernah dialami oleh setiap individu. Setiap individu pasti memiliki level penderitaan yang berbeda-beda dan level itu juga tergantung pada setiap individu yang mengalaminya karena belum tentu juga suatu penderitaan yang dialami seseorang merupakan penderitaan juga bagi orang lain.

Tapi saya akan mengambil contoh penderitaan dari seorang pengemis tua yang memang sudah tidak mampu bekerja. Mereka adalah orang-orang yang seharusnya ditanggung oleh pemerintah biaya hidupnya. Penderitaan pengemis-pengemis tua ini seharusnya bisa diminimalisir jika saja pemerintah dan orang-orang sekitar baik tetangga maupun anaknya sendiri peduli kepada mereka. Para pengemis tua ini sangat sering kita temui di setiap persimpangan jalan, pasar, persimpangan lampu merah bahkan mereka suka terlihat juga di lingkungan pemukiman warga untuk meminta-minta. Mereka mengumpulkan koin demi koin uang 500 rupiah hanya untuk makan sehari-hari, itu pun mungkin hanya makan sekali dalam sehari bahkan bisa saja mereka tidak makan dalam sehari. Untuk beristirahat pun mereka harus melawan dinginnya udara malam karena memang mereka tidak memiliki tempat tinggal. Mereka biasa tidur di depan toko, warung bahkan di tumpukkan kardus. Ya itulah mereka para pengemis yang kehidupannya tidak menentu, banyak juga dari mereka yang memang dipaksa oleh orang-orang tertentu untuk mengemis bahkan ada beberapa yang dipaksa oleh anaknya sendiri.

Sudah sepatutnya kita mensyukuri hidup kita yang sekarang, jika dibandingkan dengan mereka, kita ini terlalu beruntung. Jika kita sudah berhasil kelak jangan lupakan dan menelantarkan orang tua kita, sebab merekalah yang sangat berjasa atas keberhasilan kita.

Bumi

Bumi

(Manusia dan Keindahan)

Tak bisa di pungkiri bahwa manusia adalah makhluk sempurna di antara mkhluk-mkhluk ciptaan Tuhan yang lainnya seperti Hewan dan Tumbuhan. Dan manusia diciptakan dan ditempatkan di bumi sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan manusia dan makhluk lainnya.

Manusia juga memiliki akal yang membuat mereka dapat berfikir dan memanfaatkan sesuatu benda atau apapun itu. Buktinya manusia dapat meciptakan dan menemukan penemuan ataupun tekhnologi baru yang hanya bisa di wujudkan oleh manusia.

Tapi sadarkah mereka bahwa keseluruhan penemuan-penemuan itu didapat atas campur tangan dari makhluk-makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan. Misalnya saja tisu atau kertas yang biasa dipakai manusia, sadarkah mereka bahwa bahan dasar untuk membuat kertas adalah pohon. Kalau saja pohon tidak diciptakan mungkin manusia tidak akan pernah mengenal yang namanya kertas. Sekarang ini manusia sudah lupa akan makhluk-makhluk yang membantu mereka itu, mereka tidak pernah memikirkan untuk melestarikan dan menjaga jumlah sumber daya yang ada. Manusia hanya memakai sumberdaya untuk kepentingan sendiri tanpa memikirkan dampak apa yang akan timbul nanti.

Sudah seharusnya manusia sadar akan tempat mereka tinggal yaitu Bumi. Bumi yang kita tinggali ini sudah mulai tua dan menunjukkan gejala-gejala kerusakan seperti iklim yang tidak menentu akibat pemanasan global yang disebabkan oleh ulah manusia dan banjir serta tanah longsor. Sudah saatnya manusia sadar akan lingkungan dan menjaga bumi kita dengan menanam pohon, memakai sumber daya secukupnya, melestarikan, membuang sampah pada tempatnya dan tidak memburu secara berlebihan. Bumi pasti lebih indah jika setiap komponen yang ada di dalamnya seperti manusia, hewan, tumbuhan, air dan udara dapat hidup berdampingan, menjaga dan saling menghargai satu dengan yang lainnya.